Selasa, 04 Januari 2011

Berbagai Puisi Hasil Karya Saya ^_^


Surat dari Ibu



Pergi ke dunia luas, anakku sayang                            
Pergi ke hidup bebas!
Selama angin masih angin buritan
dan matahari pagi menyinari daun - daun hijau
dalam rimba dan padang hijau

pergi ke laut lepas, anakku sayang
pergi ke alam bebas!
Selama hari belum petang
dan warna senja belum kemerah – merahan
menutup pintu waktu lampau

jika bayang telah pudar
dan elang laut pulang ke sarang
angin bertiup ke benua
tiang – tiang akan kering sendiri
dan nahkoda sudah tau pedoman
boleh engkau dating padaku!

Kembali pulang, anakku sayang
Kembali ke balik malam!
Jika kapalmu telah rapat ke tepi
Kita akan bercerita
“ tentang cinta dan hidupmu pagi hari “




 
Kisah burung – burung beo

                                                                             
Burung beo di dalam sangkar itu
Dulunya adalah seorang filosof
Bertahun – tahun dalam hidupnya dia dengan gigih
Mengajarkan kejujuran dan keadilan bagi rakyatnya
Hingga, setelah melalui perjalanan yang panjang
Di sampai di satu tikungan berbukit. Ia teramat letih
dan seseorang pun datang membisikkan sesuatu kepadanya
Kemudian, mereka menghilang di balik tikungan itu

Lama sekali tak ada kabar tentang sang filosof
Gema suranya sudah menghilang
Sampai suatu hari orang – orang mulai mendengar cerita
Tentang burung – burung beo yang tinggal dalam sangkar emas
Gemuk – gemuk dan sangat manja, tapi sangat pendendam
Konon, seekor di antaranya adalah filosof itu

Kini, bila anakku Hukma Inna Alyssa mendengar
Orang – orang bicara lembut penuh petunjuk dan ajaran
Segera saja dia menutup kedua telinganya
Dan menatap dengan jeli kemudian wajahnya pucat pasi
Melihat banyaknya burung – burung beo menyamar menjadi filosof



Huesca





Jiwa di dunia yang hilang jiwa
Jiwa sayang, kenangan padamu
Adalah derita disisiku
Bayangan yang bikin tinjauan beku

Angin bangkit ketika senja
Ngingatkan musim gugur akan tiba
Aku cemas bias kehilangan kau
Aku cemas pada kecemasanku

Di batu penghabisan ke Huesca
Pagar penghabisan dari kebangsaan kita
Kenanglah sayang dengan mesra
Kau kubayangkan di sisiku ada

Dan jika untung malang menghamparkan
Aku dalam kuburan dangkal
Ingatlah sebisamu  yang baik
Dan cintaku yang kekal


*) Terjemahan Cchairil Anwar





Mengapa





Mengapa…
Aku tak pernah tau
Pada diriku
Pada masa depanku
Pada masa tuaku
Bahkan pada kematianku

Mengapa…
Aku ingin selalu berlari
Kesana kemari mencari jati diriku

Mengapa…
Aku tak pernah tau
Siapa teman hidupku yang setia
Tetapi aku harus jalani hidup ini
Dengan sabar dan hati-hati.




Rabbi




Ya Rabbi…
Begitu besar keagunganmu
Dengan apa yang telah kau ciptakan
                       
                        Ya Rabbi…
                        Semua yang kau ciptakan
                        Tak pernah berdiri sendiri
                        Tetapi kau berikan cara yang berbeda

Memang dalam hidup
Selalu saja terjadi
Hujan panas, siang malam
Bahkan pertemuan di akhiri perpisahan.




 
Alamku




Roda dunia terus berputar pada porosnya
Air masih tetap mengalir ke hilir
Hutan – hutan masih diisi dengan kicauan burung
Yang dapat menenangkan kehidupan
Bunga yang masih tetap bermekaran
Dengan beraneka ragam warna
Tapi, jangan kau lumat kehidupan ini!!!



Krisis Intelektual




Tahun 2010 kini terbakar
Hutan – hutan telah musnah
Mawar – mawar berdarah
Duri pun berserakan di taman
Menusuk api
Dalam kedinginan

Tunas 2010 bersejarah
Di dalam kehidupan
Roda dunia telah jatuh
Dalam penyesalan

Kini, ingin kurubah semuanya
Membangkitkan kehidupan
Memelihara hutan
Agar tumbuh mawar
Dengan aroma keharuman

Ingin ku putar roda dunia
Yang telah jatuh
Menjadi roda yang teratas.




Hidup




Hidup terkadang membosankan
Kehidupan penuh misteri
Dunia penuh kebohongan
Karena tempat membedakan kita

Hidup terkadang ceria
Dan kehidupan memiliki ketenangan
Karena kelucuan
Melingkari dunia ini

Hidup penuh tantangan
Yang dimiliki setiap embrio
Karena itulah romantika kehidupan
Yang sangat mengasyikan





Suksesi 98 Berdarah



Dengan mulutmu kau lumat kehidupan
Kau tusuk dengan jarum
Begitu manis kau rubah semuanya
Dalam waktu yang begitu singkat

Kini tahun 98 telah berdarah
Karena ulahmu, politikmu
Begitu banyak goncangan
Di Negara yang dulu tenang

Hai pemimpin bangsa
Ingatlah rakyatmu
Jangan kau hancurkan impiannya
Hanya karena keserakahan

Kini, kembalikan yang dulu
Kami rasakan
Pikirkan nasib bangsa.